Cerita Maksiat Sedarah Air Susu Dibalas Dengan Air Mani

Cerita Maksiat Sedarah Air Susu Dibalas Dengan Air Mani - Aku terbaring lemas diranjang tidur ini. Pikiranku melayang-layang. Disampingku terdengar suara dengkur ibuku yang sedang tertidur. Tertidur pulas dengan daster putih tipis yang terbuka bagian atasnya. Menampakan buah dadanya yang berlapis air liur. Buah dada yang baru saja habis aku cumbui.

Namaku Basun. Umurku 23 tahun. Tubuhku gemuk dan agak pendek. Aku tinggal disebuah desa kecil yang jauh dari perkotaan. Sehari-hari aku bekerja diladang keluargaku atau kerja serabutan lainnya.

Cerita Maksiat Sedarah Air Susu Dibalas Dengan Air Mani

Aku tinggal hanya bersama ibuku disebuah rumah kecil didekat ladang kami. Bapakku pergi merantau ke luar pulau dan sampai kini tak jelas kabarnya. Sedang kakak lelakiku tinggal dikota bersama istrinya dan adik perempuanku yang menumpang disana agar bisa melanjutkan kuliah.


Cerita Maksiat Sedarah Air Susu Dibalas Dengan Air Mani


 Ibuku sudah berumur 42 tahun. Tubuhnya agak kurus dan berkulit kuning langsat. Perutnya agak sedikit membuncit dengan payudara yang sudah agak kendor. Ibuku biasanya juga berkerja diladang atau kadang menjual hasil ladang kami kepasar.

Sejak dulu hubungin aku dan ibuku mungkin agak berbeda dengan yang anak ibu yang lainnya. Jika anak lainnya sudah berhenti menyusu dengan ibunya saat berumur 1 atau 2 tahun, aku hingga saat ini masih saja menyusu dari ibuku.


Saat aku masih kecil dan ada ayah dulu, sebenarnya beliau sudah melarangnya, tapi aku jadi sering menangis hingga demam. Akhirnya ibu meneruskan untuk menyusuiku. Kakak dan adikku juga sering meledekiku “bayi raksasa” karena masih saja menyusu dari ibu.

Tapi kini hanya kami berdua dirumah. AKu tidak perlu khawatir lagi dengan ledekan mereka. Ibuku juga tidak keberatan menyusuiku.


Dalam sehari, aku bisa beberapa kali menyusu pada ibuku. Aku yang sekarang tidur seranjang dengan ibuku karena kasur lamaku sudah rusak biasanya minta menyusu pada ibu saat bangun tidur.


Aku suka bau ibu saat baru bangun, agak masam tapi entah kenapa aku jadi sanga menyukainya. Setelah puas biasanya kami lanjut untuk siap-siap ke ladang.

Jika ibu ikut pergi ke ladang, aku juga suka minta menyusu saat makan siang. Ladang kami agak jauh dari pemukiman sehingga tidak perlu khawatir ada yang melihat.

Kadang aku sudah merasa kenyang hanya dengan menyedot susu dari payudara ibuku tanpa makan nasi atau yang lainnya. Tubuh ibu yang berkeringat membuat nafsuku menyusu sangat besar, bisa sampai 30 menit aku menyusu.

Saat malam sebelum tidur, aku kembali menyusu. Ibuku selalu menurunkan dasternya sedada dan membiarkan aku menghisap payudaranya sampai aku tertidur pulas. Seringkali aku tertidur dengan pentil ibu yang masih ada dimulutku. Jika malam-malam terbangun, aku juga akan selalu menyusu pada ibuku untuk menghilangkan haus.


Entah kenapa, payudara ibu selalu mengeluarkan susu. Mungkin karena setiap hari tak pernah berhenti aku hisap. Ibu pernah beberapa kali minta aku untuk berhenti. Malu katanya masak aku sudah besar segini masih disusui.

Ibu juga bilang payudaranya jadi kendor karena jarang pakai BH. Aku memang tidak suka ibu memakai BH, karena jadi susah jika ingin netek.. Tapi ibu selalu tak sampai hati jika melihat aku ngambek, jadi beliau akhirnya selalu membolehkannya.

Akupun rasanya tidak pernah puas menyusu dari ibuku. Tetek ibuku tidak besar, mungkin hanya 32B dan sudah kendor pula. Putingnya agak panjang (mungkin karena selalu aku sedot) dan warnanya coklat kehitaman.

Rasa air susu ibuku agak tawar-tawar manis. Pernah beberapa kali terasa agak sepat. Tapi aku selalu menyukainya. Mungkin karena masih menyusu pada ibu, walau kami tergolong keluarga miskin, tubuhku bisa gemuk dan perutku buncit. Sayangnya tidak bertambah tinggi, hehehe.

“Ah..”, jerit ibuku.
“Kenapa mak?”

“Pelan-pelan dong sun neteknya, jangan digigit pentil emak. Sakit.”
“Hehehe.. Iya mak. Abis Basun lagi haus banget”

“Tadi sore kan udah netek, masa masih haus sun.”


Aku sedang diranjang dan menetek pada ibuku. Sudah jam 10 malam. Dan karena rumah kami memang tidak ada listrik, hanya ada penerangan dari lampu petromaks dikamar ini.

Ibuku mengenakan daster batik tanpa lengan dan bagian atasnya sudah kupelorotkan kebawah. Ibuku tidur menyamping menghadap kearahku, membiarkan buah dadanya yang kanan kiri bergantin aku hisapi.

Aku tidur hanya pakai celana kolor saja, karena memang kamar ini agak sumpek dan pengap.Sambil menghisap tetek ibu yang sebelah kiri, aku iseng meremas-remas tetek ibu yang sebelah kanan sambil memainkan putingnya dengan jariku.

“Sun, tetek emak jangan digituin ah. Emak ngilu.”

“Hmmm..Hmm” Aku tidak menjawab karena mulutku masih sibuk melumat pentil susu ibu. Tapi aku tak menghentikan remasan tanganku.


Terdengar dengkur suara ibu, sepertinya dia sudah tertidur. Akupun juga sudah kenyang menyusu. Kujauhkan mulutku dari buah dada ibu. Putingnya terlihat basah berlumuran air liurku.


Mataku sebenarnya sudah mengantuk,tapi aku tidak bisa tidur. Akhir-akhir ini entah rasanya batang zakarku selalu mengeras jika sedang netek pada ibu. Sebenarnya dari aku kecil dulu, ini pernah terjadi. Tapi saat ini rasanya sudah berbeda. Akhirnya aku pergi kekamar mandi dibelakang, aku mau onani saja biar nafsuku ini hilang.


Saat mencari sabun dikamar mandi untuk pelicin saat onani nanti, aku tanpa sengaja menemukan celana dalam ibu ditumpukan baju yang belum dicuci. Saat kupegang, ada bagian yang agak lembab, lalu iseng saja aku cium baunya. Dan ternyata, ah…

Baunya sangat aneh, agak masam dan apek, tapi aku malah jadi sangat bernafsu ingin onani. Karena sabunnya tidak ketemu, akhirnya aku beronani dengan membasahiku penisku dengan air liurku.


Aku duduk dilantai kamar mandi, mengocok penisku dengan tangan kananku sambil menghirup aroma celana dalam ibuku yang kepegangi kewajahku.

Rasanya begitu nikmat, apa mungkin ini yang namanya bau wanita. Rasanya ingin cepat-cepat kukeluarkan maniku. Kepercepat kocokan dipenisku. Mataku terpejam menahan kenikmatan.

“Sun…Sun..”


Hah? Kudengar suara ibu memanggilku. Kubuka mataku dan benar saja ibu sedang berdiri didepanku.

Sialnya aku sudah hampir orgasme dan tak tertahankan. Penisku berkedut-kedut dan memuncratkan air mani yang begitu putih dan kental dihadapan ibu. Aku hanya bisa menatap kosong melihat cairan pejuku jatuh didekat kaki ibu, ada juga yang mengenai kakinya.

Rasanya begitu malu dan menyesel. Terlihat sedang telanjang bulat sambil onani dihadapan ibu sendiri. Sial benar, memang kamar mandi kami tidak ada tutupnya, hanya ada triplek yang menutupi pintu masuk.

“Udahan kan? Balik kekamar sana. Emak mau pipis.”


Lalu aku berdiri dan mengambil celana kolorku tapi tak langsung kupakai lalu menuju keluar kamar mandi.

“Sun.. dibilas dulu itu peju kamu. Nanti lengket dicelana.”

Duh aku sangat malu. Akhirnya aku berbalik kembali ke kamar mandi dan mengambil segayung air lalu membilas penisku. Setelah itu aku kembali kekamar…


Sudah semingguan ini tiap malam batang zakarku selalu diurut minyak bulus oleh ibuku. Kami selalu melakukannya diatas kasur saat malam hari menjelang tidur. Sambil aku menyusu pada ibuku, tangan ibuku dengan telaten menguruti penisku sampai aku orgasme.

Dalam semalam, aku bisa sampai 1-2 kali keluar saat diurut ibuku. Kadang air maniku keluar ditangan ibu atau terkadang sengaja aku tempelkan penisku pada paha ibuku agar keluar disana. Karena itu rasanya ranjang tidur kami berbau seperti bayclin karena air maniku yang sering berceceran dikasur.


Oya sepertinya minyak bulus ini cukup berkhasiat, rasanya beberapa hari ini penisku sudah sedikit bertambah panjang, sekitar 2 cm. Dan terasa bertambah keras saat ereksi. Dan juga bulu-bulu kemaluanku menjadi semakin lebat hingga mulai naik kearah perut.

Mungkin selain khasiat dari minyak bulus, ini juga hasil dari pijatan tangan ibuku yang penuh kasih sayang.


Malam ini seperti biasa aku dan ibuku sudah berbaring diranjang. Ibu belum mengganti seprai kasur ini beberapa hari, sehingga bau sprema ku sangat tercium jelas. Hal ini membuat nafsuku langsung naik dan ingin segera minta diuruti lagi oleh ibuku.

Aku sudah telanjang dan emak hanya memakai daster pendek yang bagian dadanya sudah aku turunkan agar bisa menyusu.

“Mak, urutin burung basunnya sambil basun netek ya.” Ucapku sambil memberikan minyak bulus ke ibuku.

“Ya udah sini emak urutin.”


Aku langsung melahap payudara ibuku dan dia mulai mengusap-usap penisku dengan minyak bulus. Mungkin karena hari ini aku terlalu lelah bekerja diladang, baru sebentar saja, hampir aku ejakulasi. Langsung ku jauhkan pinggulku dari ibuku hingga tangannya lepas dari penisku.

“Kenapa sun?” Ibuku sepertinya agak kaget.
“Enggak ma. Gak tahu nih, baru bentar udah mau keluar tadi.” Jawabku malu.

“Kamu kecapean kali sun. Ya udah netek dulu aja sini. Ntar klo udah segeran, emak urutin lagi.”


Aku langsung mendekati lagi ibuku dan mulai menyusu. Lama-kelamaan ternyata penisku keras lagi. Dengan perlahan kumajukan pinggulku hingga ujung penisku mengenai paha ibuku yang dilapisi daster.

Dengan perlahan kugesek-gesek penisku pada paha ibuku, kucoba menggeser bagian daster yang menutupi pahanya, hingga kini kepala penisku bisa langsung bergesekan dengan paha ibuku.

“Udah mau diurut lagi sun?” tanya ibuku.
“Gini aja dulu mak.” Jawabku sambi masih asik menggesek-gesek penisku.

Ibuku hanya diam saja .

“Mak, dasternya lepas aja ya. Takut entar kena peju basun. Kesian emak nyuci mulu.”
“Ih enggak ah sun. Masak emak telanjang didepan kamu.”


Aku langsung menghentikan gesekan penisku. Dan mengambil posisi duduk.

“Kenapa? Emak malu? Basun tiap malem telanjang gak apa-apa. Emak sendiri yang bilang gak usah malu.” Ucapku agak marah.

“Tapi sun…”


Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, aku langsung membuang muka dari ibuku.

“Ya udah kalo basun mau emak buka daster.” Ucap ibuku tiba-tiba

Kulirik sedikit ibuku. Perlahan dia melepaskan dasternya melalui bagian atas lehernya. Sekarang ibuku hanya mengenakan celana dalam saja. Kupandangi seluruh tubuhnya.

Walaupun sebenernya aku sudah sering melihat ibuku telanjang saat aku mengintipnya mandi, tapi ini rasanya berbeda. Ibuku hanya mengenakan celana dalam tepat didepan mataku.

Kulihat perut ibuku, sudah agak buncit dan bergelambir. Lalu kuturunkan pandanganku. Ibuku memakai celana dalam berwarna krem. Mungkin karena sudah terlalu lama dipakai dan sering dicuci, celana dalam itu jadi terlihat tipis.

Aku bisa melihat samar-sama bulu kemaluan emak yang menutupi vaginanya. Ya, bulu kemaluan ibuku ternyata sangat lebat dan hitam. Mungkin ibuku tidak pernah mencukurnya. Bahkan dari bagian samping samping pangkal pahanya, ada bulu-bulu yang menyempil keluar dari celana dalamnya.


Kubaringkan tubuhku perlahan lalu ku jamahi lagi payudara ibuku sambil mulai menggesek-gesekan kembail penisku dipahanya. Tangan kananku kupelukan ke perut ibuku. Sambil menghisap payudara ibuku kuat-kuat, kunaik turunkan badanku.

Paha ibuku sudah mulai agak licin karena pre-cum yang keluar dari penisku. Kugesek-gesekan penisku dengan kuat. Kulihat ibuku hanya memejamkan kedua matanya. Aku rasa dia juga menikmatinya.

Saat rasa-rasanya air maniku sudah mau keluar, kuhentikan gesekanku. Aku tidak mau orgasme dulu. Aku mau sesuatu yang lebih malam ini.

“Mak.. Basun boleh cium memek emak gak?” Ucapku sambil mengelus payudara ibuku.

Ibuku membuka matanya.

“Ih kok kamu aneh-aneh aja sun. Gak boleh ah. Jijik”
“Tapi basun pengen cium baunya mak. Basun kangen baunya.”

“Kan tadi sore emak udah kasih kancut emak ke kamu. Ciumin itu aja gih.”
“Ah bosen mak. Bosen mau langsung cium dari sumbernya”

Ibuku terdiam sambil menatap dalam kepadaku.

“Gini aja ya sun…”.

Emak kemudian kulihat memasukan tangannya kedalam celana dalamnya melalui atas. Beberapa saat dia mengesek-gesekan tangannya disana. Lalu dia keluarkan tangannya dan mengarahkannya ke wajahku.

“Cium ini aja ya sun. Emak abis masukin ke memek emak. Baunya nempel disini.”


Ibuku menonjolkan jari tengah dan telunjuknya sehingga seperti membentuk posisi tangan “peace”. Kulihat kedua jarinya itu basah. Seperti ada lendir yang melapisinya. Kudekatkan hidungku. Ahhh… baunya sangat nikmat.

Cerita Maksiat Sedarah Air Susu Dibalas Dengan Air Mani


Baunya sama seperti celana dalamnya yang sering kucium, tapi ini baunya lebih kuat menyengat, lebih fresh. Kupegang tangan emak itu lalu kutempelan sangat deket ke hidungku. Kuhirup aromanya kuat-kuat.

Dan refleks, kujilati lalu kumasukan kedua jari ibuku itu kemulutku. Kujilati semua lendir yang ada dijarinya lalu kuhisap kuat-kuat. Ibuku sempat hampir mau menarik tangannya, tapi genggaman tanganku lebih kuat sehingga dia tidak bisa berbuat apa-apa. Setelah puas, kukeluarkan jari ibuku dari mulut.

“Ih basun.. Kok dijilat-jilat.. Jijik banget sun.” Ucap ibuku sambil melihat kedua jarinya yang kinin berlumuran air liurku.

“Abis enak banget ma, baunya. Lagi dong mak. Gesek di memek emaknya yang lamaan dikit biar lendirnya banyakan.”

“Ih kamu sun. Dasar anak aneh.”


Ibuku kembali memasukan jarinya ke celana dalamnya. Dia gesek-gesek agak lama lalu dia berikan lagi kepadaku. Kali ini memang sepertinya lebih banyak cairan yang menempel dijarinya. Lalu kulahap lagi seperti tadi. Lalu terpikir sesuatu olehku, aku ingin mencoba lebih jauh.

“Mak, pakai jari basun aja ya.”


Ibuku hanya diam memandangiku. Lalu tiba-tiba dia memegang telunjuk tangan kananku dan mengarahkan ke celana dalamnya. Aku menurut saja sambil terdiam. Kemudian jariku dimasukkan ke celana dalamnya. Aku bisa merasakan bulu jembut ibuku yang agak kasar dan lebat itu.

“Pelan-pelan ya sun” Ucap ibuku tiba-tiba.


Lalu dia mengarahkan telunjukku mengenai sesuatu yang agak basah dan lembab. Kemudian ditekan perlahan hingga jariku serasar dijepit oleh kulit yang basah dan berlendir.

Ah.. Jariku sepertinya sudah masuk ke vagina ibuku. Lalu jariku dibuat melakukan gerakan mendorong lebih kedalam vaginanya. Seluruh telunjukku sekarang sudah masuk.

Rasanya begitu lembab dan berlendir. Jariku rasanya juga seperti dipijat-pijat oleh gerakan otot vaginanya yang dibuat seperti mengempot-empot.

“Udah masuk tuh sun.”


Kulihat wajah ibuku. Nafasnya terengah-engah. Matanya agak menyipit. Wajahnya berkeringat. Keelap keringat didahi ibuku dengan tanganku yang satunya lagi.

“Biarin didalem dulu ya mak.” Ucapku.


Perlahan kumaju mundurkan telunjukku didalam vaginanya. Kubengkokan telunjukku hingga seperti posisi ingin mencongkel sesuatu.

“Ehmmm… Mmmmm”. Hanya itu yang keluar dari mulut ibuku.


Tanpa menanya ibuku lagi, perlahan kuselipkan juga jari tengahku ke vaginanya. Vaginanya sudah sangat basah sehingga jariku bisa masuk dengan sangat mudah. Kumaju-mundurkan sambil kucongkel-congkel vagina ibuku.

Ibuku sepertinya kenakan karena terus mengoyang-goyangkan kedua pangkal pahanya. Karena gerakannya itu, celana dalamnya sekarang sudah turun ke arah pahanya. Hingga kini aku bisa melihat vagina ibuku dengan sangat jelas.

Kuambil posisi berlutut didepan vagina ibuku. Sambil tetap menusuk-nusuknya dengan jariku, kuperhatikan vaginanya. Kusibakan bulu jembutnya yang lebat hingga kini aku bisa melihat bibir vagina ibuku.


Vagina sudah agak bergelambir dan bibir vaguna juga sudah menyembul keluar. Warnya agak coklat kehitaman. Wajarlah ibuku sudah tiga kali melahirkan dan umurnya juga sudah kepala empat. Mungkin vagina ibuku juga dulu sudah sangat sering dihajar oleh bapakku.

Kulihat ibuku terus menggerak-gerakan seluruh tubuhnya seperti sedang manahan kenikmatan. Kini tangan ibuku memelintir kedua puting susunya sendiri. Kupercepat gerakan jariku divaginanya. Penisku juga sudah sangat keras. Sekalian onani aja ah pikirku.

Tanganku yang satunya lagi akhirnya mengocok-ngocok sendiri penisku. Ibuku hanya pasrah saja melihatnya. Kedua tangan terus menurus mengocok, yang satu divagina ibuku dan yang satu lagi dibatang penisku.

“Sun.. Sun.. Udah sun.. Emak udah gak kuat.” Tiba tiba ibuku meracau.


Tangannya berusaha menghentikan gerakanku di vaginanya tapi tenaganya kurang kuat. Kumaju mundurkan jariku lebih cepat. Tiba-tiba jariku rasanya dijepit sangat kuat oleh vagina ibuku, lalu terasa seperti disiram cairan dari dalam vaginanya. Tubuh ibuku mengejang-ngejang dan matanya terpejam. Sepertinya ibuku sudah orgasme.

Beberapa saat kubiarkan jariku tetap disana sambil merasakan sisa sisa kedutan dari vagina ibuku. Tubuh ibuku sudah tenang dan sepertinya terkulai lemas. Kekeluarkan jariku dari vaginanya. Banyak sekali cairan yang ikut dijariku.

Cairannya sangat lengket, kental dan berlendir tapi warnanya agak bening. Kuoleskan cairan ibuku itu ke penisku sambil tetap mengocok-ngocoknya. Kumasukan lagi jariku ke vagina ibu hanya untuk mengambil cairannya kembali lalu kugosokan lagi ke penisku.

Ibuku hanya bisa melihatnya pasrah. Setelah beberapa kali, kini batang zakarku sudah basah oleh cairan mani ibuku sendiri. Kukocok-kocok penisku dengan kuat dengan tangan kananku. Tangannku yang kiri sambil memijat biji zakarku. Karena cairan ibuku, penisku rasanya jadi sangat licin dan enak mengocoknya.

Saat hampir orgasme, Kuremas kantong zakarku kuat-kuat lalu ketekan kepala penisku. Aaah… cairan air maniku memuncrat sangat kuat. Sangat banyak dan sangat kental. Muncratan pertama agak jauh dan mengenai payudara kanan ibuku.

Selanjut memuncrat banyak diperut ibuku lalu sisanya sisanya menetes di vagina ibuku. Vagina ibuku jadi sangat berantakan. Bulu-bulu jembutnya jadi sangat basah oleh cairannya sendiri dan tetesan tetesan air maniku. Ibuku lalu mengusap-usap spermaku yang jatuh didada dan perutnya lalu meratakannya melapisi tubuhnya.

Nafasku masih terengah-engah karena orgasme tadi. Orgasme yang sangat kuat tapi batang zakarku masih lumayan tegak.

“Mak.. Basun boleh..”
“Jangan sun.. Gak boleh begituan sama emak sendiri.” Potong emakku.


Kemudian dia merapatkan pangkal pahanya dan menutupi vaginanya dengan telapak tangannya.

“Udah ya sun… Jangan lebih dari ini.” Ibuku memohon.


Sebenernya nafsu sudah sangat diujung. Aku ingin sekali menyetubuhi ibuku malam ini. Aku ingin merasakan penisku dijepit dan diempot-empot oleh vagina ibuku. Tapi aku juga tidak melihat ibuku. Kulihat diujung matanya ada airmata yang jatuh. Wajahnya terlihat sedih dan lemas.


“I..Iya mak.. Maaf basun khilaf” Lalu aku begeser kesamping ibuku.

“Gak apa-apa sun. Emak juga khilaf tadi.” Jawab ibuku sambil mengenakan kembali dasternya lalu kembali berbaring disampingku.

“Mak gak marah kan mak?”

“Enggak sun.. Tapi emak mohon kamu jangan berpikiran macem-macem ya ke emak. Kita udah dosa melakukan beginian. Jangan sampe kebablasan kamu mau begituan sama emak.”

“Iya mak.. Basun gak bakal mikir gitu lagi. Tapi kalo kayak tadi lagi boleh gak mak?”
Ibuku terdiam.

“Basun mau bikin enak emak pake tangan basun. Masa basun mulu yang dibikin enak sama emak.


Basun tau emak udah lama gak ketemu bapak. Emak tadi enak kan basun kocokin memeknya?”

“Ih kamu ini.. Sok tahu masih kecil”
“Basun udah umur 24 mak. Basun udah ngerti kok”

“Ya udah.. Klo basun mau gitu lagi boleh deh. Tapi pake tangan aja ya. Emak enak juga kok basun gituin tadi.

“Nah enak kan mak. Jadi emak bisa bikin puas basun, basuk juga bisa bikin puas emak.”
“Ah kamu.. Ya udah sini burung kamu mau diurutin gak?”

“Mau dong ma.. Mumpung masih ngaceng nih mak, hehehe” Jawabku cengengesan.
“Sun..sun.. dasar anak nakal.”


Akhirnya malam itu batang zakarku diurut emak lagi dan ejakulasi untuk yang kedua kalinya. Setelah itu kami berdua langsung tertidur lelap. Mungkin kecapean karena saling memuaskan dengan tangan tadi.

Cerita Mesum ML Dikamar Mandi Dengan Ibu Mertua


Kini hubunganku dengan ibuku sudah semakin jauh. Yah meski ibuku menolak untuk aku setubuhi tadi, tapi aku rasa aku bisa membawa keintiman tubuku kami ketahap yang lebih tinggi. Tubuh ibu dan anaknya sendiri yang kini setiap malam tidur seranjang telanjang dan saling memuaskan kemaluan masing-masing dengan tangan.

Naluriku masih buas.Nafsuku belum tuntas hanya dengan ini… Aku ingin lebih dari ini mak…


Bersambung - Cerita Maksiat Sedarah Air Susu Dibalas Dengan Air Mani Bagian 2

Related Posts

Cerita Maksiat Sedarah Air Susu Dibalas Dengan Air Mani
4/ 5
Oleh