Cerita Maksiat Sedarah Air Susu Dibalas Dengan Air Mani Bag 2

Cerita Maksiat Sedarah Air Susu Dibalas Dengan Air Mani Bagian 2 - Rutinitasku dengan ibuku terus berlanjut. Kini tiap malam kami selalu tidur bersama sambil saling memuaskan diri kami masing-masing.

Ibuku dengan telatennya selalu mengurut batang zakarku yang kini ukurannya sudah lumayan bertambah besar. Dan aku selalu tak pernah bosan menyusu sambil memasukkan jari-jariku ke liang senggama ibuku untuk menghirup aroma dan cairan kewanitaanya.


Cerita Maksiat Sedarah Air Susu DIbalas Dengan Air Mani Bagian 2


Ibuku kini pun tak malu-malu lagi bertelanjang badan dihadapanku. Meski dia lebih sering bersikeras untuk tetap mengenakan celana dalamnya saat kemaluannya aku jamahi, tetapi saat sudah asik, ibuku suka lupa dan aku dengan bebasnya menurunkan celana dalamnya.


Cerita Maksiat Sedarah Air Susu Dibalas Dengan Air Mani Bagian 2


Kini tiap malam ranjang kami selalu panas dengan hasrat untuk saling memuasi antara aku dan ibuku.

“Sun, jembut kamu kok jadi lebat gini sih, keriting-keriting lagi.” Ucap ibuku saat sedang mengurut penisku.

“Iya nih ma.. Jadi tebel, kayaknya gara-gara kena minyak bulusnya deh.”

“Emak cukurin ya. Biar resik, gak lengket-lengket. Itu burung biar keliatan lebih gede juga.”

“Ah emak.. Punya emak juga lebat gitu. Basun cukurin juga ya mak. Biar gak susah nyari lubangnya, hehehe.” Candaku.

“Hush.. Kamu ini ya, nakal banget. Ya udah, kamu ada cukuran jenggot kan?”
“Ada tuh ma, didalem laci meja kaca.”


Ibuku menghentikan urutannya dan berlalu ke arah meja kaca. Dia kembali sambil membawa gunting, cukuran jenggotku dan sabun didalam gayung.

“Kok bawa sabun, buat apa mak?”
“Biar licin ntar nyukurnya. Ya udah sini emak cukur.”


Aku pun bangkit dari kasur dan berdiri dihadapan emak yang sudah mengambil posisi berjongkok. Saat aku melihat kebawah, aku sempat tercengang dengan pemandangan yang kulihat.

Wajah ibuku yang sedang berjongkok tepat berada didepan penisku dan hanya berjarak beberapa centi saja. Ditambah lagi dengan payudara ibuku yang terlihat menggantung-gantung saat dia bergerak.

“Kress.. Kress…” Ibuku mulai mengguntingi bulu kemaluanku yang panjang. Helai-helainnya mulai berjatuhan ke lantai kamar kami. Ternyata banyak juga yang tercukur, kini hanya tersisa bulu-bulu pendek saja yang terpotong gunting dikemaluanku.

“Emak botakin aja ya burungnya. “ Ucap Ibuku sambil mengusapkan sabun dan air ke kemaluanku.

“Pelan-pelan ya mak nyukurnya. Entar kepotong lagi, hehehe”
“Hahaha kamu sun. Baru juga mau digedein burungnya, masa emak potong”
“Ah emak bisa aja.”


Ibuku perlahan mulai mencukur sisa-sisa bulu yang ada.Dimulai dari pangkal paha lalu lanjut ke pangkal batang penisku sampai ke bagian dasar batang penisku yang ditumbuhi bulu. Kemudian ibuku mengelus-elus kantong zakarku.

“Yang disini emak cukur juga ya sun.”

Lalu ibuku mulai mencukuri bulu dibagian kantong zakarku sampai ke bagian dalam pahaku.

“Nah bersih kan sun. Jadi keliatan lebih gede punya kamu”
“Hehehe iya mak. Cuma jadi mirip ayam potong yang dijual dipasar. Plontos.”


Kupandangi penisku. Ya memang setelah dicukur jadi terlihat lebih menjulang. Apalagi saat dicukur tadi, ibuku memegang penisku hingga kini keadaannya setengah ereksi. Ibuku masih berjongkok disana, merapihkan sisa-sisa bulu kemaluanku yang berjatuhan dilantai.

“Mak…” Ucapku agak berat.
“Ya sun..” Jawab ibuku seadanya tanpa menoleh kearahku.
“Hmmm… Basun mau diisepin dong mak.”
“Heh..” Ibuku langsung menengok ke arahku.

“Eng… Basun mau ini diisepin dong mak..” Jawabku sambil memegang batang penisku.

Ibuku terdiam sambil menatap mataku dari posisinya jongkoknya.


“Makk…” Rengekku sambil meremas-remas penisku.
“Emak belum pernah sun.. Punya bapakmu aja gak pernah emak gituin.”
“Ya makanya punya basun mak.. Emak sayang kan sama Basun?”


Ibuku sempat beberapa saat terdiam lalu perlahan menggerakan tangan kanannya menyentuh penisku dan mulai mengenggamnya dibagian pangkalnya.

“Kamu beneran mau sun?”
“Basun pengen banget mak..”
“Emak coba yaa..” Ucap ibuku sambil perlahan mendekatkan wajahnya ke penisku.


Ibuku mulai membuka mulutnya lalu perlahan memasukan kepala penisku ke rongga mulutnya. Gigi bawahnya sempat mengenai lubang kencingku, jadi agak terasa sedikit ngilu. Tapi semuanya tergantikan ketika kepala penisku mengenai lidah ibuku. Terasa hangat, basah dan berlendir.

Lalu ibuku merapatkan kedua bibirnya dan mulai memainkan ujung penisku yang sudah masuk dengan lidahnya. Ujung lidah ibuku terasa menyapu lubang kencingku sampai ke urat dibawah kepala penis.

“Hmm..Hmmm..” Hanya itu suara yang keluar dari mulut ibuku.


Setelah beberapa saat, ibuku mengeluarkan penisku dari mulutnya. Terlihat ada ludahnya yang menyambung dari mulutnya ke kepala penisku. Ludah itu terus tertarik hingga akhirnya terputus dan jatuh ke payudara ibuku.

“Gimana sun? Enak?”
“Enak banget maak.. Lagi dong mak.. Tapi jangan ujungnya aja, isepin ampe semua mak.”
“Kamu sun.. Gak sabaran amat sih.” Canda ibuku.


Ibuku kemudian kembali menggenggam batang penisku dan mengarahkannya ke mulutnya. Kali ini ibuku membuka mulutnya lebih lebar. Mulai dari kepala hingga kini seluruh batang penisku sudah tenggelam dimulutnya. Nikmat sekali rasanya penisku dimainkan oleh lidah ibu. Sesekali ibu mengempotkan kedua pipinya hingga penisku terasa disedot-sedot.


Perlahan-lahan aku pun mulai memaju mundurkan penisku dimulutnya. Kedua tanganku memegangi kepala ibuku dan menggerakannya untuk maju mundur juga. Walaupun masih sesekali terkena giginya, tapi pengalaman baruku ini sungguh terasa nikmat. Aku berusaha memasukan penisku sedalam-dalam mungkin hingga hampir mengenai ujung tenggorokan ibuku dan mulai mempecepat tempo gerakan maju mundur penisku.


“Orgghh.. Orgghh…” Suara itu terdengar dari mulut ibuku.

Seketika ibuku mendorong pinggulku menjauh dengan kedua tangannya.

“Pluup…” Penisku keluar dari mulutnya. Penisku yang sudah begitu tegang terlihat mengkilap terlapisi air liurnya.

“Kenapa mak.. Kok dikeluarin?”
“Emak gak bisa napas sun.. Pelan pelan dong ngocoknya.”

“Hehehe.. maap mak. Basun keenakan. Lagi ya mak.” Ucapku sambil mengarahkan penisku kemulutnya.


Ibuku sempat berusaha menghindar sehingga penisku mengenai pipinya. Aku terus berusaha menekan-nekan dan mengarahkan penisku ke arah mulutnya. Akhirnya ibuku menyerah dan mulai menjilat-jilati batang zakarku.

“Hmmm… Hmmm..” Suara ibuku, sepertinya dia sangat menikmati menjilati penisku.


Jilatan ibuku mulai menurun hingga kini mulai menjilati kantong zakarku. Ah.. rasanya ngilu tapi enak. Terlebih ibuku juga menyedot dan mengulum biji zakarku dalam-dalam dimulutnya. Setelah semua terjilati, akhirnya ibu memasukan penisku dimulutnya. Mengulumnya. Menyedotnya.

“Ahh.. Ah…Ah..” Aku mulai merintih keenakan karena sensasi tersebut. Aku sudah hampi puncak.


Kutekan penisku kuat-kuat dan kurapatkan wajah ibuku dengan perutku. Rasanya kepala penisku sudah mencapaki tenggorokannya.

“Cruut.. Cruut..Cruut…”

Aku ejakulasi didalam mulut ibuku. Rasanya banyak sekali air mani yang aku keluarkan. Kelepaskan perlahan peganganku dikepala ibu. Penisku masih terasa berkedut-kedut dan ibu masih memainkannnya dengan lidahnya sambil perlahan mengeluarkannya dari mulutnya.


Penisku sudah agak layu saat keluar. Spermaku pun berceceran dari mulut ibu dan berlelehan mengenai buah dadanya.

“Enak gak mak?”
“Asin sun..” Ucap ibuku sambil berusaha meludahkan sisa-sisa air maniku dari mulutnya.


Ibuku kemudian pergi kekamar mandi, dan aku mengikutinya dari belakang. Dia berkumur-kumur sambil membersihkan sisa-sisa spermaku dibadannya. Akupun membasuh penisku yang rasanya sudah sangat lengket.


Cerita Maksiat Sedarah Air Susu DIbalas Dengan Air Mani Bagian 2


“Eh tunggu mak.. Biar basun sekalian cukurin dulu jembut emak.
“Nggak usah sun.. besok besok aja.”

“Ah curang.. Masa punya basun udah botak, punya emak kagak.” Jawabku sambil berjalan kekamar untuk mengambil gunting dan alat cukur.


Saat aku kembali, ibuku hanya berdiri saja didepan cermin kamar mandi.

“Sini mak.. Duduk selonjoran di ubin aja biar gampang nyukurnya.”


Dengan agak ragu, ibuku menurunkan celana dalamnnya. Kulihat vaginanya sudah agak basah. Kemudian dia duduk bersimpuh dilantai kamar mandi.

“Cukurnya dikit aja ya sun. Emak geli klo dicukur abis.”

“Sekali-kali mak.. Ntar juga numbuh lagi. Duduknya jangan gitu mak. Gimana basun nyukurnya kalo gitu.”


Ibuku kemudian mengambil posisi mengangkangi ku. Ah.. untung saja aku sudah orgasme tadi. Kalau tidak, mungkin aku tidak bisa menahan diriku untuk menyetubuhi ibuku.

“Lebaran dikit mak ngangkangnya”


Ibuku melebarkan jarak kedua kakinya hingga kini aku bisa mengambil posisi diantara kedua pahanya. Aku pun mulai mengguntingi bulu kemaluan ibuku dengan gunting.

Kres.. Kress…


Sekarang vagina ibuku sudah hampir botak, tinggal sisa bulu-bulu pendek yang tidak bis dipotong dengan gunting. Bibir vagina ibuku jadi terlihat jelas. Bibirnya sudah agak keluar dan berwarna coklat gelap.

Diantaranya aku bisa melihat sedikit klitoris ibuku yang agak menyembul keluar. Dan sepertinya ada cairan-cairan yang mulai membasahi vaginanya.

“Basun kerok ya mak..” Ucapku sambil mengambil alat cukur jenggotku.


Kubasahi vaginanya dengan air dan sabun dan mulai kucukur habis sisa-sisa bulu itu. Aku mengeroknya sampai kebagian paling bawah karena kulihat masih ada bulu-bulu halus yang tumbuh disana.

“Mak.. angkat dikit pahanya.”

Ibuku akhirnya membaringkan badannya dilantai dan mengangkat pinggulnya. Aku kini bisa melihat lubang anus ibuku. Ternyata bagian ini juga ditumbuhi bulu-bulu halus. Lubang anus ibuku terlihat sangat kecil dan rapat. Akupun mengeroknya.


“Kok disini ada bulunya juga ya mak..”
“Gak tau emak sun..”

Saat mencukur area tersebut. Aku iseng menyetuh lubang anus ibuku dengan ujung jari telunjukku

“Sun!” Ucap Ibuku keras.
“Jangan pegang itu sun. Jorok ah.” Lanjut ibuku.
“Iya mak.. Basun iseng doang. Nah sekarang udah bersih deh.”


Ibuku kembali mengambil posisi untuk duduk tapi kedua pahanya tetap terkangkang.

“Mak… mau gantian gak?”
“Gantian apa?”

“Ya Basun gantian jilatin punya emak, hehehe.”
“Kamu mau sun?”
“Ya mau banget mak.”


Tanpa menunnggu jawaban darinya, aku langsung merapatkan wajahku ke vagina ibuku. Keendus aromanya lalu kurapatkan hidungku percis di liang senggamanya, Akupun mulai menjulurkan lidahku untuk menyapu vaginanya.

Kurasa ada lendir lendir yang mulai membasahi wajahku. Sekarang giliran lidahku yang bermain-main divagina ibu.

Dengan kedua tanganku, kucoba untuk membuka lebih lebar lubang vaginanya. Kulihat bagian dalamnya berwarna pink gelap dengan klitoris yang sudah menegang. Kumasukan lidahku dalam-dalam kesana sambil sesekali memainkan klitoris ibuku dengan jari-jariku. Lalu kucoba menggigit pelan ujung klitoris ibuku itu.


“Aaaah.. suuun… Aaaaaah….”


Ibuku menaruh tangannya dikepalaku sambil mengacak-acak rambutku. Matanya terpejam. Badannya meliuk-liuk dilantai, persis seperti cacing yang sedang dikasih garam.

Sambil terus menjilati klitoris ibuku, aku perlahan memasukan jari tengah dan telunjukku ke vaginanya. Perlahan kukocok jariku maju mundur. Ibuku mulai bergerak tak karuan. Tangannya terasa menjambak-jambak rambutku.


“Aaaaah… Aaaaah…. Suuun…”


Sepertinya ibuku sudah hampir orgasme. Tanpa pikir panjang, aku coba menekan lubang anus ibuku dengan jariku yang lain. Rasanya begitu rapat dan sulit ditembus. Kubasahai dulu jariku itu dengan cairan yang keluar dari vagina ibuku lalu kucoba untuk memasukannya lagi.

“Suun.. Jangan disitu suun..”


Perkataan ibu tak kuhiraukan. Kutekan jariku makin keras hingga kini lubang anusnya mulai terbuka. Kudorong terus hingga setengaj jari telunjukku sudah ada didalam anus ibu. Tubuh ibu makin meliuk-liuk.

Kupercepat jilatanku dan kocokan jari-jariku di vagina dan lubang anusnya sekaligus. Kulihat ibuku membuka sedikit matanya tapi hanya bagian putihnya saja yang keliatan. Seperti dia sudah hampir puncak. Setelah beberapa saat, akhirnya…

Currr.. currr…

Kurasa ada semprotan kecil dari dalam vaginanya yang mengenai jariku. Tubuh ibu kejang-kejang. Tanggannya merapatkan wajaku dengan vaginanya. Sehingga cairan tersebut sedikit mengenai mulutku.

“eh..eh..eh..” Suara ibuku sambil bernapas pendek-pendek. Ah sepertinya dia sudah orgasme.


Ibu melepaskan tangannya dari kepalaku. Kuangkat kepalaku dari vaginanya. Ibuku tertidur dilantai kamar mandi sambil badannya masih sesekali mengejang. Kuperhatikan vaginanya yang basah itu, lalu ibuku pipis, mengeluarkan air kencing perlahan yang akhirnya berceceran dilantai.

“Emak lemes banget sun…”
“Tapi enak kan mak?” Candaku.

“Kamu emang anak nakal. Emak kamu dibikin lemes begini. Emak jadi ngompol tuh.”


Kuambil gayung lalu kusiramkan air ke vagina ibuku Perlahan kuceboki sambil berusaha menggelitiki lagi vaginanya dengan jariku.

“Uh sun.. emak udah lemes banget ini.”
“Hehehe.. Ya udah mak. Basun gendong ya kekasur.”


Lalu kuangkat badan ibuku dalam gendonganku. Ibu melingkarkan tangannnya dileherku. Hup! Kuangkat lalu kugendong kekamar. Perlahan kuturunkan tubuh ibuku diranjang. Lalu aku elap-elap tubunya yang basah dengan kain daster ibuku. Setelah itu kubaringkan tubuhku disampingnya.

“Makasih ya sun..” ucap ibuku pelan.

Cerita Maksiat Sedarah Air Susu Dibalas Dengan Air Mani


“Iya mak.. Basun juga..” sambil kumiringkan badanku kearahnya dan memeluk badannya dengan satu tanganku.

Ibuku terlihat sangat lelah. Akupun jadi tidak tega mau menyusu lagi padanya. Penisku sempat kembali tegang melihat badan ibuku yang tak tertutup sehelai benang pun, tapi mataku rasanya sudah begitu berat. Hanya kurapatkan penisku dipaha ibu. Untung akhirnya turun juga ereksinya. Akhirnya malam itu kami tertidur saling berpelukan dalam keadaan telanjang hingga pagi menjelang.


Bersambung - Cerita Maksiat Sedarah Air Susu Dibalas Dengan Air Mani Bagian 3

Related Posts

Cerita Maksiat Sedarah Air Susu Dibalas Dengan Air Mani Bag 2
4/ 5
Oleh